Seberapa Greget Milenial Merencanakan Masa Depan? -Menilik Tantangan Milenial Hadapi Persaingan Kerja

Ketersediaan lapangan pekerjaan tidak selalu berbanding lurus dengan jumlah angkatan kerja yang tersedia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, yaitu Februari 2018 menunjukkan bahwa total jumlah angkatan kerja rentang usia 15-60 tahun di Indonesia mencapai 133.939.099 jiwa, baik yang bekerja maupun yang menganggur. 
Millenial dengan rentang usia 15-29 tahun di 2018 mencapai 38.006.151 jiwa. Apabila disandingkan dengan jumlah total angkatan kerja, setidaknya milenial harus bersaing merebutkan lapangan pekerjaan dengan kurang lebih 96 juta jiwa lainnya yang notabene merupakan angkatan kerja dengan usia lebih tua.  Tidak hanya berhenti sampai disitu, milenial juga dituntut untuk saling berkompetisi dengan angkatan mereka sendiri. Sudah terlihat bukan, betapa ketat persaingan yang dihadapi generasi milenial. Lantas apa sajakah tantangan yang dihadapi milenial dalam memperjuangkan masa depan mereka di dunia karier? 

Seberapa Jauh Milenial Mengetahui Posisi Mereka?

Generasi milenial di 2018 diantaranya mereka yang lahir pada tahun kisaran antara 1990-2003, dimana diantaranya masih menduduki usia pendidikan menengah hingga perguruan tinggi. Adapun mereka, para fresh graduate yang sibuk berjuang mendapatkan pekerjaan, atau lulusan pasca sarjana sekalipun yang masih belum terserap di dunia kerja. Tidak hanya itu, pesaing dari generasi berbeda seperti generasi X yang jauh lebih berpengalaman menjadi pesaing milenial di arena persaingan karier. Apabila di skala-kan, satu milenial harus bersaing melawan 4-5 angkatan kerja lainnya yang notabene lebih tua. Ditambah lagi kehadiran para tenaga kerja asing yang tidak termasuk dalam data angkatan kerja di Indonesia. 

Mengingat angka tidak selalu menjadi hal yang paten. Dengan kata lain kuantitas tidak akan sempurna jika tidak diiringin dengan kualitas. Tingginya jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja bukan satu-satunya alasan atas ketatnya persaigan kerja. Disamping itu meilenial juga dihadapkan dengan sistematika rekruitmen di setiap perusahaan yang mempertimbangkan setidaknya empat aspek, yang pertama tingkat pendidikan. Tercatat pada update Februari 2018 jumlah total angkatan kerja yang merupakan lulusan D3 dan Strata 1 perguruan tinggi dalam tataran akademi dan universitas sebesar 16.302.287 jiwa, sedangkan jumlah angkatan kerja yang menganggur yaitu sebesar 6,7% dari total angkatan kerja lulusan perguruan tinggi per Februari 2018. Angka ini belum memperhitungkan jumlah lulusan dari program pasca sarjana yang dianggap memiliki kompetensi lebih tinggi berdasarkan kepemilikan ijazah.

Kedua pengalaman bekerja yang dimiliki angkatan. Pengalaman bekerja di era sekarang tidak hanya berkutat pada lembaga pemerintah atau perusahaan-perusahaan besar saja. Data BPS hingga Agustus 2017 memaparkan dari 121 juta angkatan kerja yang telah bekerja, 37,23% merupakan wiraswasta dari perusahaan, 19,1% adalah wiraswasta yang berusaha sendiri, 14,9% wiraswasta yang dibantu buruh/karyawan yang tidak dibayar, dan 3,3% wiraswasta yang membayar buruh/karyawan. Selanjutnya penguasaan hardskill yang biasa dibuktikan melalui seleksi tulis dari setiap perusahaan dan softskill melalui wawancara. 

Seberapa Greget Milenial Merencanakan Masa Depan?

Sudah semakin jelas bukan, bagaimana tantangan yang harus kalian hadapi, generasi milenial untuk berlomba-lomba dalam persaingan dunia karier? Lalu, persiapan apa yang sudah kalian lakukan? Masihkah kalian berayun kaki di sofa empuk kamar kalian sambil scroll up sosial media? Atau sibuk membalas komentar 'julit' haters kalian? Selain membuang energi dan minim kontribusi, kegiatan itu sama sekali tidak akan mengubah hidupmu saat ini ataupun masa depan. Setidaknya ada hal kecil yang dapat kalian lakukan, para generasi milenial sebagai awalan memupuk karier untuk masa depan.

Yang pertama, bikin career plan. Perlu kalian sadari bahwa sekecil apapun kegiatan kalian, pasti butuh perencanaan. Pernahkah kalian berkecimpung dalam dinia kepanitiaan, entah di sekolah ataupun kampus? Untuk menyelenggarakan pekan seni tahunan,kalian bisa mengahabiskan waktu 1 bulan, atau bahkan 1 tahun untuk mempersiapkannya, mulai dari konsep acara, perlengkapan, fund raising, PIC (Person In Charge), hingga pelaksanaannya. Semua itu butuh perencanaan, apalagi hidup kalian sendiri yang akan berangsung hingga kurang lebih 60 tahun lamanya.

Kedua, perbanyak koneksi dan kolaborasi dapat membantu kalian melatih soft skill yang kalian miliki untuk mengimbangi hardskill yang sudah kalian peroleh di sekolah dan perkuliahan. Pengalaman bekerja dengan tim juga menjadi pertimbangan perusahaan di era saat ini. Tetapi tidak disarankan pula untuk mengabaikan pembelajaran di dalam kelas, karena dari situlah kemampuan berpikir sitematis seorang profesional terbentuk dan mampu menyelesaikan masalah dalam bidang kariernya kelak. 

Terakhir, jangan ragu untuk menciptakan kesempatan pekerjaan bagi dirimu sendiri. Wirausaha kini menjadi alternatif bagi generasi milenial dalam rangka bertahan hidup di tengah persaingan kerja yang tinggi.

Dengan demikian, konsekuensi yang harus dihadapi para generasi milenial seharusnya tidak menjadi alasan bagi mereka untuk menyerah pada keadaan. Justru inilah yang menjadi penyulut semangat generasi milenial untuk mulai menyusun strategi agar kemungkinan-kemungkinan buruk yang terbayang tidak menjadi kenyataan.  

Komentar

  1. mungkin kurang menambahkan variabel pemetaan prospektus bidang di masyarakat. seperti kata data diatas, bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia benar-benar sangat tinggi, jika jumlah ini tidak terserap di lapangan kerja, maka akan menjadi masalah besar juga, seperti yg kita tau, jumlah pengangguran yang besar akan berdampak pada tingginya angka kriminalitas pula.
    aku percaya bahwa negara berkembang seperti Indonesia punya banyak sektor masyarakat yang prospek untuk dimasuki dan belum tergali secara profesi. namun, mindset prospek ini yang harus coba dikaji ulang, apakah prospek yang dimaksud ini adalah prospek materi ataukah prospektus pembangunan? jika pandangan prospek ini kita perluas pada prospektus pembangunan, maka akan terbuka bidang-bidang sosial, pendidikan dan moral yang selama ini belum banyak dijadikan fokus.
    sebenarnya langkah pemerintah untuk menggencarkan industri kreatif dan startup juga bermaksud menyelesaikan masalah penyerapan angkatan kerja, dengan cara beralih dari industri padat modal ke industri padat karya, cuma tak rasa bidang ini juga masih butuh dukungan dari bidang yang selainnya, khususnya bidang pengembangan sumber daya manusia, dalam hal ini adalah bidang sosial, pendidikan dan moral yang bertanggung jawab terhadap pembentukan softskill dan hardskill.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas tanggapannya, saudara Haidar Ali. Memang, tantangan karier generasi milenial tidak hnya dapat dilihat dari satu sudut pandang saja, seperti tingginya persaingan kerja. Tetapi juga bisa dibedah lagi variabel2 yg mjd tntangan karier lainnya seperti yg saudara sebutkan, yaitu prospektus bidang masyarakat. Justru nanti akan semakin terlihat dan jelas sektor2 mana yang memang masih membuka kesempatan bagi generasi milenial utk meniti karier. 🙏🌟😀

      Hapus
  2. Menurut aku, career plan itu bisa kita petakan kalau kita udah tau industri yang kita pilih sistemnya seperti apa. Setelah lulus kuliah, biasanya kita dihadapkan dengan asumsi-asumsi kalau kerja itu begini begitu, realnya bisa jadi jauh berbeda. So, pengalaman kerja itu penting! Pengalaman ini gak harus kerja full-time ya, bisa kerja part time, magang (internship), project-based, dll..intinya sebisa mungkin kita terjun dulu biar tau realnya seperti apa. Sepakat banget kalau koneksi dan kolaborasi itu perlu dibangun, faster the better.

    Oya kalau perlu tips-tips seputar gimana bikin CV untuk apply ke perusahaan atau organisasi tertentu, bisa cek di Youtube-nya Paradigm Connection: https://youtu.be/v6Xpi8wt8I8 disitu tips-tipsnya menarik sih buat dicoba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih tanggapannya kak. Sampe sekarang aku masih percaya kalau mnjalin koneksi
      bisa bikin kita kaya pengalaman kerja disitu kita jga bisa menajamkan wawasan dan skill kita mnghdapi problem2 konkret didlmnya. Thanks juga, kak.. Buat rekomendasi channel you tube nya. Bakal aplikatif sekali ini

      Hapus
  3. Thanks infonya. Oiya ngomongin milenial, ternyata ada loh beberapa masalah keuangan yang kerap menghantui generasi tersebut. Apa aja itu? Cek selengkapnya di sini ya: Hati-hati, masalah keuangan ini hantui generasi milenial

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimkasih tanggapannya. Wuhuu sepakat banget klo problem keuangan jd msalah yg krusial. Timakasih sudah berbagi juga!

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RONA DALAM BERTUTUR-Festival Mendongeng Bersama Kak Rona Mentari (Sebuah Review)

Mitos dan Fakta Jadi Announcer: Kata Alexandria Cempaka Harum, Pekerja Suara Komersil