Mitos dan Fakta Jadi Announcer: Kata Alexandria Cempaka Harum, Pekerja Suara Komersil



Assalamualaikum! Udah hari ke-tujuh belas Ramadhan aja nih. Masih konsisten kesehatan dan puasanya, kan? Insya Allah ya! 3 Mei 2020 lalu kebetulan saya mengikuti kelas online yang diadakan oleh KimCi Family, Kak Nurrokim dan Kak Cinta Maulida https://cintamaulida.com. Pasangan muda ini telah berderma hati untuk menginisiasi kelas mingguan selama Ramadhan. Dan tahu nggak, kalau kelas online ini tidak berbayar, salut deh..

Sebenernya sejauh saya ikuti update Kak Cinta di instagram, KimCi Class ini merupakan program sosial Kak Cinta dan Kak Rokim selama Ramadhan. Kok ya kebetulan pandemi ini datang. Jadi kerasa banget manfaat positif dan spirit dari KimCi Class, yaitu memupuk keberanian untuk bangkit pasca Pandemi Covid-19 nanti. Walaupun hidup dalam ketidakpastian, tentu semangat buat terus bertumbuh dan berkembang jangan pernah padam dong ya! Semoga berkah selalu buat Kimci Family udah kasih kesempatan buat saya dan teman-teman bertemu orang-orang hebat di setiap minggunya.

Yap, salah satunya adalah How To Start Your Career as An Announcer. Salah satu kelas yang dinarasumberi oleh seorang PSK profesional. Eits jangan mikir yang enggak-enggak ya. “PSK ini singkatan dari pekerja suara komersil”, begitu penjelasan kakak cantik yang akrab dipanggil Lexy itu. Alexandria Cempaka Harum merupakan seorang broadcaster dan proffesional public speaker asal Bandung. Saat ini Kak Lexy bekerja di PRFM Radio Bandung, dan juga berperan sebagai dosen Ilmu Komunikasi dan Bahasa Inggris. Ia memulai perjalanan karirnya di dunia broadcasting dan public speaking pada 2005 sebagai seorang storyteller karena skill berbahasa Inggris dan kemampuannya berbicara di depan khalayak.

Kurang lebih 15 tahun memfokusi dunia pekerja suara komersil, menurut saya itu pencapaian yang luar biasa sekali. Tidak heran apabila saat ini Kak Lexy sudah melanglangbuana sebagai seorang MC dan Public Speaker di berbagai acara, baik lokal hingga nasional di wilayah Jawa Barat. Walaupun demikian perempuan berhijab dengan karakter suara cukup berat ini sangat rendah hati. Terlihat dari caranya menanggapi pertanyaan-pertanyaan kami. Di akhir penjelasan, ia selalu mengatakan, “semoga nggak puas ya dengan jawaban saya. Biar bisa belajar terus, baik didalam maupun di luar kelas”.

Dari kelas yang saya ikuti selama 90 menit itu, Kak Lexy membagikan beberapa insightnya tentang mitos dan fakta menjadi seorag annoucer. Kira-kira ada apa aja sih mitos dan faktnya? Ini dia!

Mitos atau Fakta, Jadi Announcer Harus Gaul
Menurut Kak Lexy, seorang announcer dituntut harus berhubungan dengan banyak orang. Ketika bertemu dengan banyak orang tentu harus mudah beradaptasi. “Coba dulu aja, latihan membiasakan diri untuk menjadi gaul ketika ketemu orang baru”, begitu katanya. Nggak dipungkiri juga kalau kita sering berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang banyak, maka frame of reference dan experience kita bakal semakin kaya. Dengan begitu kita bisa punya banyak alternatif untuk menghadapi atau merespons audiens.

Jadi Announcer Harus Bagus Suaranya
Masih relate sama artikel saya sebelumnya, apakah seorang pekerja suara komersil harus punya suara yang bagus? Jawabnnya tergantung, hehehe. “Tergantung dengan apa yang dibawainnya,  tergantung pasar, segmen, acaranya bagaimana, dan apakah disitu kita bisa menempatkan diri apa engga”.

Menurutnya, bagus itu relatif. Yang terpenting adalah apakah karakter suara sesuai dengan pesan, informasi atau acara yang akan dibawakannya. Kak Lexy merupakan pemilik suara yang cukup nge-bass untuk seorang perempuan. Ada karakter serak-serak becek juga kalau menurut saya. Ia bercerita bahwa dulu sempat mengisi acara non formal, namun seusainya tidak ada panggilan lagi untuk acara dengan tema serupa. Justru ia banyak mendapat re-calling dari instansi-instansi dengan acara-acara formal. Katanya, setiap suara yang kita miliki itu punya segmennya sendiri-sendiri. Xixixi, menarik sekali!

Announcer Gajinya Kecil
“Iya, betul”, ungkapnya sambil tertawa kecil. Ia mengaku kalau pernah mengalami rapel gaji, mulai dari 6 bulan sekali, sampai pernah setahun sekali. Perempuan yang juga sempat meniti karir pertamanya di RRI Bandung ini juga mengatakan, “pekerja suara komersil cenderung bebas dan dapet penghasilan dari mana pun”.

Menurutnya ada 2 opsi meniti berkarir di dunia suara komersil yang tentunya menjadi sumber penghasilan. Yang pertama bergabung dengan instansi media kenamaan sebagai reporter, atau kedua yaitu memulai dan berproses sebagai announcer freelance. Secara sederhana berikut urutan jenjang karirnya.


Untuk pemula, tentu kita tidak memiliki jam terbang dan portfolio sebanyak seorang profesional. Terkadang kita harus siap dan rela untuk tidak dibayar atau di bayar kecil pada job pertama kita. It’s okay buat awalan. Toh kita juga butuh bukti portfolio nyata hasil kerja kita kan? Tetapi, menurut Kak Lexy jangan sampai keterusan, karena kita jga harus mengahargai diri kita sendiri.

Dengan adanya portofolio-portfolio yang udah kita punya, kita bisa mulai menetapkan harga tawar suara kita kepada klien. Kak Lexy juga menambahkan bahwa faktor New Media juga berperan penting bagi para pekerja suara komersil. Perkembangan aplikasi podcast, channel youtube, instagram juga mendorong kemunculan creator-creator baru. Peluang ini juga bisa dioptimalkan untuk menambah pemasukan seorang announcer.

Jadi Announcer Harus Up-to-date
Lebih tepatnya announcer dituntut untuk up to date di bidang-bidang yang berhubungan dengan segmen bidang dan konten informasinya. Contohnya harus tahu lagu baru untuk seorang annoucer program musik radio, dan up-to-date isu dan perkembangan berita untuk program news. Announcer harus terus belajar, harus gemar mencari informasi baru.

Jadi Announcer Harus Jago Ngomong
Jelas ya, karena daya jual seorang annoucer adalah kemampuan berbicara, berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Yang nggak kalah penting adalah apa yang diomongin. Selagi konten omongannya informatif, edukatif ataupun entertain, Insya Allah bakal membawa manfaat lah buat para pendengar, atau penontonnya.

Announcer Ga Boleh Cadel
Ini mitos sih. Kak Lexy juga mengaku bahwa cara berbicaranya yang agak cadel tidak menghalanginya. Ia masih berkarya dan meneruskan karirnya sebagai announcer dan public speaker yang profesional hingga saat ini. Ia menambahkan bahwa suara yang kita miliki saat ini merupakan Anugerah-Nya. Sudah sepatutnya kita bersyukur, salah satunya dengan mengoptimalkannya agar dapat bermanfaat bagi sekitar.

Itu tadi hasil belajar saya mengikuti KimCi Class dengan topik How To Start Your Career as An Announcer. Insya Allah pasca pandemi ini, generasi muda semakin banyak memiliki opsi dalam meniti karirnya, amin yaa Rabbal alamiin. Semoga bisa menjadi asupan informasi yang bermanfaat ya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RONA DALAM BERTUTUR-Festival Mendongeng Bersama Kak Rona Mentari (Sebuah Review)

Seberapa Greget Milenial Merencanakan Masa Depan? -Menilik Tantangan Milenial Hadapi Persaingan Kerja