Aktif Organisasi Sama Dengan IPK Turun, Benarkah? Menilik Perjalanan IPK Mahasiswa Semester 5 Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga



Mana yang lebih penting, nilai akademik atau aktif berorganisasi? Sebenarnya apa orientasi mahasiswa dalam perkuliahan? Memilih satu prioritas atau berjalan selaras keduanya adalah hak masing-masing mahasiswa. Premis umum yang muncul di sebagaian mahasiswa yang pertama, kegiatan berkuliah tidak hanya melulu belajar dan mengerjakan tugas saja, tetapi pengalaman berorganisasi juga menjadi hal yang mendukung mahasiswa melakukan pengembangan diri. Kedua, berorganisasi hanya menyita waktu belajar, karena padatnya agenda sehingga sulit fokus pada urusan akademik. Kegiatan keorganisasian menjadi faktor penyebab turunnya prestasi akademik? “Dulu aku sempat menganggap kalo organisasi itu nggak seberapa penting, akademis itu kaya lebih penting”, ujar mahasiswa komunikasi semester 5 yang akrab dipanggil Cici itu. 

Diskusi Mahasiswa Komunikasi 2016 di KBU
Sudah menjadi asumsi bahwa tugas utama mahasiswa adalah menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh, terlebih bagi mahasiswa semester atas. Hal ini menjadi wajar karena bagi sebagian dosen semester lima, Prodi Komunikasi merupakan semester yang dekat dengan riset serta mempersiapkan mahasiswa menjelang skripsi. Tuntutan pemahaman materi dan kemampuan analisis juga menjadi konsekuensi pada semester ini. Ditambah lagi kabar mengenai kenaikan Penilaian Acuan Patokan (PAP) di universitas adalah benar. Walau demikian, ragam kegitan keorganisasian yang ditawarkan juga tidak kalah menggiurkan bagi mahasiswa. Track record keorganisasian yang pernah dimiliki menjadi hal yang dianggap penting. “Aku baru mulai aktif berorganisasi itu mulai semester empat. Karena aku mulai berpikir kalo CV itu penting, karena CV mau diisi apa kalau bukan riwayat berorganisasi”.

Jesslyn Giovani, Commer Ailangga 2016
Ayulina Mayangsari, Commer Ailangga 2016
Persoalan penuh atau tidaknya CV Mahasiswa kelak memang salah satunya berasal dari riwayat keorganiasisan yang pernah mereka ikuti. Namun bagi sebagian mahasiswa komunikasi 2016, berorganiasi memberikan nilai positif bagi mereka, baik secara pengalaman pengembangan diri, keluasan wawasan baru, serta koneksi. “Awalnya aku cuma pengen ngisi CV aja. Tapi lama-kelamaan aku juga banyak tau organisasi itu alurnya kaya gini, pertemanan baru, koneksi baru, dan aku juga semakin tau apa concernku di univ itu” tambah Cici yang juga tergabung dalam Kementerian Sosial Politik BEM Universitas Airlangga. Hal yang sama juga dirasakan Ayulina, bahwa melalui berorganisasi mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mengembangankan hardskill yang dimiliki, namun softskill juga menjadi bekal bagi masa depan, “mumpung masih muda, kita harus dapat semuanya, ilmu dari manapun, dari siapapun”.

Seberapa penuh CV mahasiswa akan riwayat keorganisasian, akan lebih baik apabila diimbangi dengan perolehan IPK yang memenuhi standar. Keseimbangan antara hardskill dan softskill merupakan salah satu harapan bagi setiap mahasiswa. Perjalanan IPK yang baik menjunjukkan kualifikasi yang baik pula di mata masyarakat pada umumnya. Lantas bagaimana hubungan antara keaktifan mahasiswa dalam organisasi dengan naik turunnya IPK? “Bagiku nggak ada hubungannya. Waktu belajar ya sama aja. Justru di semester empat lalu IPKku malah naik. Kalau aku pokoknya fokus dikelas, ndengerin”, tegas Cici. Berorganisasi tidak selalu berpengaruh terhadap turunya IPK, “justru waktu semester dua IPKku bener-bener turun. Padahal aku ngga lagi sibuk ngapa-ngapain. Justru kalo aku punya tanggungan berorganisasi, tanggungan kampus, aku tuh jadi lebih aware karena oh iya aku punya tanggungan banyak. Jadi aku malah bisa menata dan mengorganize kegiatan”, jelas Imastari. “Kalau aku tergantung bagaimana pembagian waktu dan mood untuk berorganisasi. Karena terkadang pekerjaan di organisasi itu mempengaruhi mood belajar. Dengan kita punya pembagian waktu yang baik, kapan waktunya belajar, kapan ngurusin organisasi, kapan istirahat, itu semua akan membuat IPK kita baik-baik aja kok.”, tambah Bram Admiral yang merupakan Ketua HUTKOM ke 30 dan anggota Komisi legislasi BLM FISIP UNAIR 2017.

Apabila keorganisasian bukan menjadi satu-satunya variabel yang menyebabkan IPK menurun. “kalo menurutku mereka ngecul (melepas), ya. Jadi kalo menurutku ada kesengajaan, entah emang passionnya ada di organisasi, tapi secara langsung nggak langsung dia melepas belajarnya. Kalo ditanya prioritas, aku sih akademik, organisasi, dan mimpi-mimpiku itu prioritas. Tapi, bukan berarti yang lain itu ngga penting dan saling meniadakan, “pungkas Cici.      
 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

RONA DALAM BERTUTUR-Festival Mendongeng Bersama Kak Rona Mentari (Sebuah Review)

Mitos dan Fakta Jadi Announcer: Kata Alexandria Cempaka Harum, Pekerja Suara Komersil

Seberapa Greget Milenial Merencanakan Masa Depan? -Menilik Tantangan Milenial Hadapi Persaingan Kerja