Berbalas Surat Cinta





Inget spot ini kan? Aku masih nyimpen fotomu dalam beberapa pose loh...:) 

Hai, selamat datang kembali di ruanganku. Ruang rindu. Heheheh. Yap, minggu ini adalah giliranku menulis surat berbalas, sebuah ide yang kucetuskan di bulan lalu dan pada akhirnya kau sepakati juga. Terima kasih sudah menerima ide liarku ini untuk saling melayangkan surat, yang kita sepakati ini dengan sebutan surat cinta. Walaupun jemariku agak gemetar saat melabeli ruang blog kali ini dengan ‘surat cinta’, tapi aku memang tidak mau memungkiri kalau aku memang jatuh cinta.  

Jika sebelumnya kau sempat bercerita soal keuntungan atas model komunikasi jarak jauh diantara sepasang kekasih yang sedang saling menabung rindu-dan juga bagaimana surat ini bekerja dalam memupuk rasa cinta diantara keduanya, maka kali ini aku akan coba tuliskan alasan mengapa ide surat cinta ini muncul.

Ke’hadir’an

Waktu kereta membawamu siang itu ke ujung barat Pulau Jawa, dan aku berdiri dengan melambaikan tangan pada sisa-sisa bayanganmu, barulah aku menyadari bahwa, aku memang membutuhkanmu. Hehehe, ternyata memang jarak mengingatkanku pada sebuah ke’hadir’an. Aku menyadari bahwa kepergianmu ke kota lain mengartikan bahwa kau tidak ada di hadapanku, atau disamping dan belakangku.

Ketidakbertemuan kita membuatku menyadari pula bahwa ke’hadir’an atau ‘kondisi hadir’ tak hanya berarti secara fisik, tetapi juga pikiran dan perasaan yang terhubung satu sama lainnya. Baik aku maupun kau, tidak hadir secara fisik satu sama lainnya. Kita tidak berolah raga di lapangan yang sama, kita tidak beriringan motor menikmati senja, ataupun makan malam berhadap-hadapan. Tapi ide surat berbalas ini mengharapkan agar bisa menghadirkanmu di tiap kali aku membaca suratmu, dan begitu juga sebaliknya.

Kau mau tahu soal kisah cinta mereka?

Preferensi cinta yang paling mempengaruhiku hingga saat ini masih dipegang kedua orang tuaku. Terkadang aku heran dan merasa aneh pada keduanya. Bagaimana mereka bisa tetap bertahan bahkan dari dulu hingga sekarang, dengan ‘ketidakbertemuan’? Dulu aku sempat bilang ke mamah, “aku ngga mau pacaran atau punya suami angkatan laut”. Akhirnya terkabul, walaupun masih butuh waktu untuk menjadi suami. Alasannya adalah seperti yang akhirnya aku rasakan sekarang. Tidak bertemu.

Tapi tenang, itu dulu. Setelah mendefinisikan kembali ke’hadir’an tadi, insya Allah aku baik-baik saja (Hehehe). Mamah dan Papa sempat hilang kontak selama 2 tahun saat masa pacaran (LDR). Papa tugas, dan Mamah pun tidak pernah tahu Papa tugas dan ada di mana. Entah, kurang tau jelas permasalahannya apa. Tapi keduanya mengaku bahwa mereka pernah berada dalam fase menyerah satu sama lain. Papa yakin Mama sudah terlanjur dipinang orang lain dan Mamah pun menyerah, apakah Papa akan kembali? Surat yang beraroma keputusasaan juga bertukar diantara keduanya. Keduanya hilang.

Ketidakhadiran baik secara fisik maupun non fisik sempat dialami keduanya. Keterbatasan medium dan saluran komunikasi juga menjadi hambatan. Benar katamu, rasa rindu yang terakumulasi itu menyiksa. Dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk saling tidak berkomunikasi.

Tapi pada akhirnya, kisah mereka pun berlanjut dengan ke’bersama’an. Pada akhirnya aku dan adik-adikku lahir dari pernikahan mereka bukan? Hal yang ingin aku petik dari cuplikan ini adalah, 2 tahun saling hilang dan pada akhirnya bersama, menurutku adalah sebuah keajaiban. Pastinya tangan Allah pun bekerja, kalau udah jodoh emang ngga kemana. Hal ini semakin meyakinkanku bahwa pikiran dan perasaan adalah wujud ke’hadir’an yang utama. hari ini, tepat aku menulis surat ini untukmu, Papa ada di Tarakan dan tidak ‘hadir’ disebelah Mama. 23 tahun usia pernikahan mereka membuktikan bahwa cinta mereka terhubung lewat pikiran dan perasaan yang begitu kuat.          

Sahabat terkasihku, aku tidak bisa berjanji apakah aku akan tetap selalu ‘hadir’ di hadapanmu, atau disebelahmu, atau dibelakangmu, baik kini atau suatu saat nanti. Aku juga tidak akan memaksakan bahwa kau harus senantiasa ada di sebelahku, karena aku yakin betul bahwa ada ruang yang aku punya di dalam hati dan pikiranku untuk bisa menghadirkanmu secara utuh. Terima kasih banyak sudah hadir sepenuhnya. 

Komentar

  1. Thankyouu bgt sudah menulis ini yaa. It means a lot to me, yang sama-sama mengalami dan mencoba menelaah, bagaimana rindu itu harus terus ditabung. Walau agak menyesakkan bagiku yang love languange nya quality time dan physical touch, tapi setidaknya ada definisi lain dari kehadiran yang lebih berarti.. Yaitu pikiran dan perasaan yang senantiasa terhubung.

    Yuk, sama-sama rajin menabung yaa ehehe. Semoga kita semua berada dalam lindungan terbaik-Nya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbaa Fitriaaaaa sudah menyempatkan membaca. Sejujurnya aku tahu konsekuensi mempublish 'surat cinta' di blogku ini itu cukup berat, haha. Karena aku jga ngga terbiasa mempublish khidupan scara personal. Aku juga berharap tdk ada orang yang membaca surat ini selain target sasaran wkwkw. Tapi dirimu menemukan surat ini juga. Tidak papa. Pda akhirnya mba tau kalau sudah rindu, kadang memang sesulit itu dibendung. Akhirnya pun tumpah juga disini. Salam buat keluarga kecilmu ya Mba, semoga selalu diberkahi cinta dan rahmat Nya dalam perjalanan yg saling melengkapi.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RONA DALAM BERTUTUR-Festival Mendongeng Bersama Kak Rona Mentari (Sebuah Review)

Mitos dan Fakta Jadi Announcer: Kata Alexandria Cempaka Harum, Pekerja Suara Komersil

Seberapa Greget Milenial Merencanakan Masa Depan? -Menilik Tantangan Milenial Hadapi Persaingan Kerja