Berziarah Makam Sunan Ampel, Sebuah Potret Spiritual



      Atmosfer spiritual tampak pekat menyelimuti salah satu kawasan wisata religi tertua di Indonesia ini. Makam Sunan Ampel adalah peninggalan salah satu tokoh berpengaruh dalam penyebaran Islam di Indonesia, Maulana Malik Ibrahim. Tidak pernah sepi pengunjung dan peziarah, kawasan religi ini memaksa mataku tertarik atas cuplikan realitas kehidupan para muslim di wilayah bagian timur Jawa.  Kegiatan spiritual tidak terlepas dari orientasi menghimpun pahala dan berkah dari Allah. Tidak hanya menhikuti sholat jamaah di dalam masjid, para pengunjung juga memiliki kesempatan untuk berziarah makam sunan. Duduk bersimpuh mendengungkan pujian dan do’a dengan mengitari sejumlah makam berpagar milik sunan dan kerabatnya, hal itu tidak terlepas dari keinginan luhur para peziarah untuk memperoleh berkah dari kekasih Allah tersebut. Ada yang datang sendiri, ada pula yang terkoordinasi bersama keluarga atau jamaah lainnya. Kusempatkan bertanya kepada salah seorang ibu bergamis dengan model yang sama dengan dua, tiga orang disampingnya, “dari mana,Bu?”. Dari majelis taklim katanya. Begitu pula kaum pria, mereka mengenakan pakaian yng serupa satu sama lainnya, yaitu dengan atasan putih, kopyah putih. Aku mencoba menghayati betapa kawasan ini, beserta tokoh yang menjadi magnet dari kawasan ini sangat berpengaruh dalam kehidupan umat muslim. Dilihat dari usaha para peziarah yang notabene merupakan jamaah dari berbagai daerah di Indonesia, baik Jawa maupun luar Jawa, bahkan luar negeri untuk berkunjung dan melakukan perjalanan jauh demi memperoleh berkah. Begitu tutur sebagian peziarah. Ayah yang datang bersamaku waktu itu menyahut, “mencari berkah itu mintanya cuma sama Allah. Kalau ziarah itu untuk menghargai dan mengingat perjuangan para wali dahulu”.
source: http://picbear.online/riomaroy
     
     Sabtu sore menjelang malam kami pilih dengan pendasaran karena waktu santai. Ayah hanya ingin sholat berjamaah, tapi aku mencoba mencuri hikmah. Terlihat di area tengah kawasan makam, tersedia pula gentong-gentong berisi air yang berasal dari sumur peninggalan Sunan Ampel yang terletak di dalam masjid. Menurut salah seorang ibu yang juga merupakan  peziarah, air ini berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Ada yang meminumnya langsung dengan gelas yang telah disediakan dan banyak pula peziarah yang membawanya pulang menggunakan botol air mineral sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan kerabatnya yang tidak ikut. Aku tertarik, namun tak lama ketertarikan itu berubah menjadi keheranan. Setelah anak dan ibunya, tibalah giliranku. Keyakinan itulah yang berkembang di beberapa peziarah, walaupun beberapa diantaranya mengurungkan niat setelah melihat sesuatu bergerak di dasar gentong berukuran besar itu.

     Terlepas dari berbagai cara para jamaah mengunjungi situs religi ini, ataupun jenis ritual yang dilakukan, hal yang menjadi sorotan adalah bagaimana umat muslim dapat mengambil pelajaran dari setiap peninggalan-peninggalan Islam di Indonesia. Bukan hanya dilihat dari segi pemujaannya saja,  namun juga menghayati esensi dari pemujaan tersebut. Alangkah luar biasanya apabila masyarakat muslim mampu menemukan keterhubungan antara pengalaman spiritual mereka dengan dinamika dan masalah kehidupan sehari-hari. Sehingga ibadah-ibadah yang diterapkan memiliki pendasaran, bukan gugur kewajiban yang justru memberikan mudharat bagi kehidupan. Melalui artefak bangunan seperti masjid dan ornamen-ornamen yang tertempel di dinding-dinding gapura menandakan bahwa tokoh dan pendahulu Islam telah berkontribusi dalam pembentukan peradaban Islam di Indonesia. Tinggal bagaimana umat muslim dapat mengambil hikmah dari setiap peninggalan yang ada untuk menjadi lebih baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RONA DALAM BERTUTUR-Festival Mendongeng Bersama Kak Rona Mentari (Sebuah Review)

Mitos dan Fakta Jadi Announcer: Kata Alexandria Cempaka Harum, Pekerja Suara Komersil

Seberapa Greget Milenial Merencanakan Masa Depan? -Menilik Tantangan Milenial Hadapi Persaingan Kerja